Selasa, 18 Februari 2014

MENYUSUN SILSILAH GENETIKA MANUSIA


LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
ACARA VII
MENYUSUN SILSILAH GENETIKA MANUSIA
Description: Unib.jpg

                                                                                                



GILANG SETIAWAN
NPM.E1J012031

SHIFT: I. KAMIS (12.00-14.00)
KELOMPOK : II (DUA)

LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Dasar Teori
Berdasarkan perlakuan kita pada hewan dan tumbuhan, adalah mustahil bagi kita untuk mengawin-ngawinkan manusia yang genotifnya diketahui atau ingin diketahui. Manusia begitu mulianya sehingga tidak mungkin bagi kita mengadakan percobaan genetika berupa menyilangkan manusia sama seperti Gregor Mandel menyilangkan kacang kapri. Akan tetapi kita ketahui adanya beberapa sifat herediter pada manusia yang diwariskan secara Mendelian. Pengetahuan itu diperoleh bukan dari silangan manusia, melainkan dari silsilah atau bagan keturunan yang dibuat manusia.
Suatu kebetulan penyakit genetic yang diwariskan secara Mendelian pertama kali ditemukan pada keluarga kerajaan Inggris, ialah keluarga keturunan Ratu Victoria. Penyakit menurun ini adalah penyakit Hemofilia. (Penuntun, 2013)
Sebuah tes DNA silsilah meneliti pada DNA seseorang  nukleotida di lokasi tertentu untuk melihat silsilah genetik . Hasil tes tidak dimaksudkan untuk menentukan penyakit genetik tertentu atau gangguan mereka dimaksudkan hanya untuk memberikan informasi silsilah. Tes DNA silsilah umumnya melibatkan membandingkan hasil individu yang hidup untuk silsilah pada masa lampau. (Wikipedia )
Sifat dominan adalah sifat yang selalu sering muncul pada setiap keturunan di bawah nya yang di wariskan dari induk nya, baik tetua yang wanita maupun laki laki, hal ini disebabkan adanya perpaduan materi genetis dari kedua tetua, adapaun sifat sifat dominan tersebut adalah bentuk dahi yang melengkung ke atas, telinga, mata sipit, kulit hitam, bentuk rambut dan lain lain (Istamar Syamsuri, 2004:123)
Penentuan seks pada makhluk hidup ditentukan oleh kromosom seksnya. Terdapat beberapa macam cara yang digunakan untuk menentukan jenis kelamin makhluk hidup berdasarkan kromosom seksnya. Contohnya, pada belalang menggunakan sistem X-0 (22 + X Jantan; 22 + XX Betina), pada ayam sistem Z-W (76 + ZZ Jantan; 76 + ZW Betina), dan pada lebah sistem haplo-diploid ( haploid Jantan, diploid Betina). Sedangkan pada manusia, sistem yang digunakan adalah X-Y. Betina normal akan dihasilkan jika kromosom seksnya XX dan jantan normal jika kromosom seksnya XY. Tanda-tanda jenis kelamin manusia secara anatomi baru akan mulai terlihat pada umur embrio sekitar dua bulan, karena sebelum waktu itu, bentuk gonadnya cenderung sama dan masih bisa berubah menjadi ovarium atau testis, terkandung pada kondisi hormon di tubuh embrio tersebut.
Secara kebetulan, penyakit genetika yang diwariskan secara Mendelian pertama kali ditemukan pada keluarga kerajaan inggris, yaitu keluarga dari keturunan Ratu Victoria. Penyakit yang diturunkan oleh keluarga kerajaan ini adalah penyakit hemophilia, yaitu penyakit kelainan genetis yang disebabkan karena kegagalan system darah untuk membekukan darah pada waktu luka. Jika demikian maka akan terjadi pendarahan terus-menerus dan menyebabkan kematian karena penderita tersebut kehabisan darah. Asal usul penyakit ini diduga dari Ratu Victoria (Ratu Inggris abad ke 18) atau dari salah seorang ibu bapaknya. Kelainan mutasi ini kemudian diwariskan secara turun-temurun menurut garis ibu. Pada dewasa ini para penderita penyakit ini dapat dirawat secara medis, sehingga tidak harus menderita sampai ajal. Penderita dilarang keras untuk melakukan kegiatan yang menyebabkan luka, termasuk khitan. (Suryo. 1986)
1.2              Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui susunan silsilah genetika manusia.





BAB II
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM

3.1              Bahan dan Alat
                        Bahan dan alat adalah sebagai berikut :
1.             Data genetic (golongan darah, batas rambut jidat, ujung lidah membulat atau tidak, cuping telinga) dari mahasiswa dan keluarga.
3.2         Metode
Cara kerja yang dilaksanakan adalah sebagi berikut :
1.              Membuat silsilah keluarga berdasarkan data keluarga masing-masing.
2.              Kemudian mengestimasikan genotif keluarga tersebut.




















BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan teori, bahwa sifat yang dominan seperti jidat yang membulat, mata yang sipit, golongan darah dan sifat dominan lainnya selalu muncul lebih banyak di wariskan kepada keturunannya dan hal itu juga yang menyebabkan bahwa sifat dominan itu selalu muncul lebih besar daripada sifat yang resesif.
Pada praktikum mengenai silsilah keluarga, hal yang saya perhatikan adalah mengenai golongan darah, dimana golongan darah dari ayah saya adalah O dan begitu juga ibu saya memiliki golongan darah B. Berdasarkan teori penggolongan darah berdasarkan silsilah bahwa semua keturunannya akan mempunyai darah O dan B. Hal tersebut terbukti karena dari empat bersaudara, tiga anak (Anggit, Gilang, dan Nurul) mempunyai golongan darah O dan satu anal (Amalia) bergolongan darah B.
Bapak saya mempunyai batasan rambut bersifat resesift (ww) menikah dengan ibu yang mempunyai batasan rambut bersifat resesif (ww), sehingga semua keturunannya mempunyai batasan rambut bersifat resesif (ww). Sehingga dapat diketahui bahwa sifat fisik tersebut diturunkan tetua kepada keturunannya.
Diketahui bahwa nenek dari pihak ayah mempunyai ujung lidah bersifat dominan (RR) menikah dengan kakek yang mempunyai ujung lidah bersifat dominan (RR), sehingga semua keturunannya mempunyai ujung lidah bisa membulat (dominan RR). Sehingga keturunannya yaitu saya dan ketiga saudara saya mempunyai ujung lidah yang bisa membulat (RR). Sehingga dapat diketahui bahwa sifat fisik tersebut diturunkan tetua kepada keturunannya, dan dapat pula diketahui silsilahnya.
Nenek dari pihak ayah mempunyai bentuk cuping telinga bersifat dominant (EE) menikah dengan kakek yang mempunyai bentuk cuping telinga bersifat dominant (EE). Kemudian bapak yang mempunyai bentuk cuping telinga bersifat dominant (EE) menikah dengan ibu yang mempunyai bentuk cuping telinga bersifat dominant (EE), sehingga semua keturunannya kepada saya beserta ke tiga saudara mempunyai bentuk cuping telinga bersifat dominant (EE) pula.
BAB V
KESIMPULAN

Dari pecobaan yang dilakukan dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1.             Dengan pola pewarisan tertentu telah di terlihat bahwa pola pewarisan sifat yang dominan selalu diturunkan kepada keturunan nya dan selalu lebih besar.
2.             Sifat fisik yang dominan hampir selalu muncul pada keturunannya.
3.             Kita mampu mengetahui dan menyusun silsilah sifat sifat fisik dari keluarga kita berdasarkan teori dari penuntun dan sifat dominan lah yang paling sring muncul, seperti yang jidat membulat, ujung lidah membulat, rambut luruh dan lain lain.
4.              Pada pengamatan golongan darah, golongan darah diturunkan juga oleh tetua kepada keturunannya sesuai dengan genotif-genotif yang dimiliki oleh kedua tetua yang menurunkannya.

















DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009. Biologi 3 SMA dan MA untuk kelas XII. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dotti, suryati, dkk. 2013. Penuntun Praktikum Genetika Dasar. Laboratorium. Agronomi. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Suryo. 1986. Genetika Manusia. Yogyakarta:  Gajah Mada University Press.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
www.wikipedia.com



DOMINASI TAK PENUH


LAORAN PRAKTIKUM GENETIKA
ACARA VI
DOMINASI TAK PENUH
Description: Unib.jpg



                                          

GILANG SETIAWAN
NPM.E1J012031

SHIFT: I. KAMIS (12.00-14.00)
KELOMPOK : II (DUA)


LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Dasar Teori
Dominan suatu alel terhadap alel yang lain tidak selalu terjadi. Penampakan suatu gen dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan, umur, jenis kelamin, spesies, fisiologi, genetika dan faktor – faktor lainnya. Tidak adanya dominasi telah diketahui pada awal sejarah penelitian den. Perubahan dominasi in itimbul karena interaksi alel, baik antar alel pada lokus yang sama maupun pada lokus yang berbeda.Dominan DUA Aalele menghasilkan hasil yang sama, kecuali dalam keadaan tertentu, allele resesip tidak manghasilkan sesuatu. Heterosigot menghasilkan jumlah yang lebih sedikit darupada homosigot dominan, tetapi lebih banyak dari pada homosigot resesif. (Anonim.2013.)
Dominan tak penuh disebut juga sebagai pastial dominan atau incomplete dominance. Pada acara 1 dan 2 (Mendel I dan Mendel II), prinsip Mendel dipraktekkan secara simulasi menggunakan kancing genetika dengan ekspresi gen dominan penuh (complete dominance). Incompolete atau partial dominan tak penuh yaitu ekspresi gen pada turunan berdasarkan pengamatan fenotip yang intermediat (antara) dari hasil silangan tetua dengan karakter yang berbeda dan kontras (seperti panjang ; pendek, besar ; kecil, merah ; putih, dsb).
Sebagai contoh bunga kembang pukul empat dan anyelir warna merah disilangkan dengan bunga warna putih, maka F1-nya akan berwarna merh muda (pink). Disini terlihat bahwa baik merah atau putih (tidak dominan). Oleh karena warna merah diekspresikan sebagai warna merah muda (pink) pada F1, maka dominan muncul sebagai partial atau tak penuh. Fenotip ini dikontrol oleh pasangan alel yang keduanya tidak dominan, maka F2 mempunyai ratio sama dengan ratio genotipenya ( 1 merah : 2 pink : 1 putih). (Aryulina,2007)
Sejak diakuinya Hukum Mendel (segregasi dan berpadu bebas) maka banyak dil akukan penelitian ke arah genetika. Namun rasio Mendel seperti 3:1 dan 9:3:3:1 tidak selalu terjadi dalam semua persilangan. Ni sbah fenotipe maupun genotipe yang dihasilkan Mendel akan diperoleh seandainya terpenuhi kondisi tertentu, yaitu (a) seti ap s ifat hanya ditentukan oleh satu lokus; (b) alel dalam setiap lokus bersegregasi bebas dari lokus lain; dan (c) gen-gen yang di pelajari terdapat pada inti. Ternyata kondisi ini tidak selalu terpenuhi, oleh karena itu akan sering  ditemukan penyimpangan d ari nisbah Mendel. Penyimpangan ini dapat dijelask an bahwa terdapat karakter-karakter yang dipengaruhi oleh lebih dari sepasa ng gen yang berinteraksi. Interaksi inilah yang akan memunculkan berbag ai variasi fenotipe, meskipun hukum dasar pewarisan si fat keturunan sama dengan Mendel. (Crowder,1997)
Interaksi ini mungkin berada pada  level gen-gen itu sendir i, aksi dari produk-produk yang dihasilkan pada kegiatan sitoplasma  atau merupakan interaksi sel-sel  atau organ-organ yang gen-gennya mengalami perubahan. Untuk mengetahui pada level mana interaksi terjadi maka itu merupakan su atu objek utama dalam studi interaksi gen. Studi ini akan melengkapi studi dibidang biokimia dan fisiologi. Produk dari semua aspek fenotipe bergantung pada keseluruhan gen yang membentuk genome. Bahwa sangat tidak mungkin pendekat an studi interaksi gen dengan hanya melihat total dari interaksi itu sendiri tetapi dapat didekati dengan memperhatikan kejadi an sederhana pada variasi sebuah sifat yang bersegregasi dari dua gen nona lelik. Seiring dengan perkembangan wakt u maka penelitian-penelitian yang menjelaskan tentang intera ksi gen semakin berkembang. Salah satunya adalah dominansi suatu alel terhadap alel lain tidak selalu terjadi . Penampakan su atu gen dapat dipeng aruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan, umur, jenis kelamin, fisiologis, genetik dan faktor lainnya. (Suryo, 2001)
1.2              Tujuan
1.      Mengetahui ekspresi gen partial dominance atau dominan tak penuh.
2.      Melihat langsung ( melalui foto – foto ) ha sil persilangan yang partial dominance

BAB II
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM

2.1       Bahan dan Alat
                        Bahan dan alat adalah sebagai berikut :
1.             Over head projektor (OHP)
2.             Transparansi
2.2       Metode
                        Cara kerja yang dilaksanakan adalah sebagi berikut :
1.             Mengamati dan mendiskusikan foto – foto hasil persilangan yang ditunjukkan melalui transparansi.
2.             Menggambar fhoto-fhoto di kertas laporan praktikum sementara.




















BAB III
HASIL PENGAMATAN

4.1       Hasil Pengamatan




























BAB IV
PEMBAHASAN

            Dalam praktikum ini dilakukan percobaan tentang dominasi tak penuh. Percobaan ini dilakukan untuk membuktikan bahwa salah satu sifat yang dominan belum tentu mempengaruhi atau mendominasi anakan yang dilahirkan. Pengamatan yang dilakukan adalah pada satu sifat beda atau yang dikenal dengan monohibrid. Tetua yang disilangkan adalah antara bunga merah dengan bunga putih, dimana dalam persialngan ini dihasilkan bunga yang berwarna merah muda (pink). Pada teori yang sebenarnya, jika ada bunga berwarna merah disilangkan dengan bunga berwarna putih keturunan yang dihasilkan adalah bungan yang berwarna merah, karena diketahui bahwa warna merah lebih dominan dibanding warna putih.
            Dominasi tak penuh maksudnya adalah persialangan yang salah satu tetuanya tidak mendominasi tetua yang lainnya, atau salah satu tetua tidak mewariskan secara total sifat yang dimiliki kepada keturunannya. Peristiwa persilangan yang seperti ini dapat dikatakn bahwa kedua tetua saling mempengaruhi filialnya dengan penggabungan sifat yang dimiliki.
            Persilangan yang dilakukan adalah antara bunga merah (RR) dengan bunga putih (rr) anakan pertama (f1) adalah merah mudah (Rr). Kemudian antar merah mudah (Rr) disilangkan dengan bunga merah mudah (Rr) sehingga menghasilkan keturunan kedua (F2) adalah merah (RR), merah-mudah (Rr), dan putih (rr). Perbandingan fenotip yang diperoleh adalah merah : merah-muda : putih (1:2:1). Perbandingan genotip yang diperoleh adalah RR : Rr : rr (1:2:1).
            Dominan parsial (dominasi tak penuh) atau incomplete dominance. Pada tip e ini tidak terjadi dominansi karena fenotipe heterozigot terletak diantara 2 induk homozigot (intermediet). Tanaman heterozigot akan menghasilkan segregasi zuriat dengan nisbah 1:2:1. Pada tingkat molekuler, tipe ini umumnya disebabkan oleh pengaruh kuantitatif sejumlah alel normal yang mengakibatkan te rjadinya proses transkripsi yang menghasilkan banyak protein, sedang kan  yang sedikit alel normal maka transkripsi akan menghasilkan sedikit pr otein. Jika tidak memiliki alel yang  normal maka terhambat terjadi transk ripsi dan mungkin tidak akan atau hanya sedikit sekali terbentuk protein. Alel gen warna bunga merah tidak dominan penuh terhadap alel gen warna bunga putih sehingga  tanaman be rgenotipe heterozigot akan menampakkan warna intermediet (merah muda). Jika dibiarkan tanaman tersebut menyerbuk sendiri maka  akan menghasilkan zuriat tanaman yang bersegregasi dengan nisbah bunga merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Serta perbandingan genotipnya adalah 1:2:1.


























BAB V
KESIMPULAN

Dari pecobaan yang dilakukan dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1.             Keadan lingkungan dapat sangat mempengaruhi penanpakan gen. Dalam kenyataan penampakan fenotife adalah akibat interaksi antara genotife dan lingkungan.
2.             Dominan tak penuh atau partial dominan adalah eksperesi gen pada turunan berdasarkan pengamatan fenotip yang intermediet dari hasil persilangan tetua dengan karakter yang berbeda dan kontras.
3.             Ekspresi dari gen partial dominan adalah gabungan antara sifat kedua induknya yang saling mempengaruhi (tidak ada dominan dan tidak ada resesif).
4.             Hasil persilangan F1 bunga anyelir dan bunga pukul empat berwarna merah dan putih hasilnya akan berwarna merah muda (pink) semua.

















DAFTAR PUSTAKA


Aryulina, Diah, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf, dan Endang Widi Winarni. 2007. BIologi 3 SMA dan MA untuk kelas XII. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Suryo. 2001. Genetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.


REPRODUKSI SEL


LAORAN PRAKTIKUM GENETIKA
ACARA VIII
REPRODUKSI SEL
Description: Unib.jpg





GILANG SETIAWAN
NPM.E1J012031

SHIFT I KAMIS (12.00-14.00)
KELOMPOK II (DUA)


LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Dasar Teori
Reproduksi sel merupakan salah satu dari esensi kehidupan yang mendasar. Proses reproduksi seluler meliputi proses pembelahan inti untuk membentuk inti baru (mitosis), diikuti dengan pembagian sitoplasma (sitokinesis). Proses ini menghasilkan dua inti yang terpisah dalam sel yang berbeda. Dalam bidang genetika, mitosis adalah proses yang menghasilkan dua sel anak yang identik. Mitosis mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti dari sel somatic secara berturut-turut. Proses ini terjadi secara bersama-sama dengan pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan diluar inti sel (sitokinesis). Proses ini memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan hampir semua organisme.( L.V Crowder. 1997)
Tumbuhan pada masa awal perkembangan mengalami pertumbuhan sangat banyak, tumbuhan  mengalami pembelahan sel secara tidak langsung yang disebut juga dengan mitosis. Mitosis adalah pembelahan duplikasi dimana sel memproduksi dirinya sendiri dengan jumlah kromosom sel induk. (setjo, 2004)
Proses mitosis ini terjadi bersama dengan pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan di luar inti sel. Pada mitosis setiap induk yang diploid (2n) akan menghasilkan dua buah sel anakan yang masing-masing tetap diploid serta memiliki sifat keturunan yang sama dengan sel iduknya. (Crowder, L. V. 1998)
Terjadi pada ujung akar, yang mengalami pembelahan awal. mitosis terjadi dalam sel somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel-sel yang hidup terutama yang sedang tumbuh (ujung akar dan ujung batang), mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar dan terus menerus. (Margono, Hadi. 1973)
Mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar dan terus-menerus. Pada praktikum kali ini digunakan akar bawang merah (Allium cepa) karena jaringan akar bawang merah (Allium cepa) merupaskan jaringan yang mudah ditelaah untuk pengamatan mitosis (Zulham.2009).
Mitosis berlangsung dalam beberapa fase, diantaranya:
1)        Interfase pada fase ini sel siap untuk melakukan pembelahan,tetapi belum memperlihatkan kegiatan membelah.
2)        Profase pada fase ini benang-benang kromatin makin menjadi pendek sehingga menjadi tebal..
3)        Metafase pada fase ini kromosom-kromosom menempatkan diri di bidang tengah sel.
4)        Anafase pada tahap ini sentromer membelah dan dua buah kromatid memisahkan diri dan bergerak menuju ke kutub sel yang berlawanan.
5)        Telofase pada fase ini di tiap kutub sel sudah terbentuk kromosom yang identik.
Pada proses mitosis dari tiap induk yang diploid (2n) menghasilkan dua buah sel anakan yang masing-masing tetap diploid. ( Suryo. 2001 )
1.2              Tujuan
1.         Mengamati tahapan yang ada dalam proses mitosis
2.         Memahami fungsi asetokarmin untuk mengamati proses mitosis
3.         Membandingkan dan mendiskusikan perbedaan setiap fase yang ada pada proses mitosis.








BAB II
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM

2.1       Bahan dan Alat
                        Bahan dan alat adalah sebagai berikut :
1.         Mikroskop
2.         Ujung akar bawang merah
3.         Gelas pengamat
4.         Gelas objek
5.         Gelas penetup
6.         Jarum pengiris
7.         Skalpel
8.         Forset
9.         Pewarna asetokarmin
10.     Larutan 1M HCl
11.     Larutan 70% dan 96% alkohol
2.2       Metode
                        Cara kerja yang dilaksanakan adalah sebagi berikut :
1.         Meneteskan larutan HCl 1M di atas gelas pengamat secukupnya.
2.         Meletakkan potongan ujung akar yang sudah lunak tersebut dan memindahkan ke gelas objek yang sebelumnya telah ditetesi dengan asetokarmin.
3.         Mencacah potongan akar yang ada dala asetokarmin tersebut dengan scalpel sampai halus. Perlu diingat, waktu mencacah jangan sampai terputus akarnya, tetapi dipipihkan saja dengan ujung scalpel.
4.         Menutup gelas objek dengan gelas penutup.
5.         Melewatkan gelas objek tersebut di atas api alkohol, jangan sampai mendidih. Kemudian membalik slide tersebut, meletakan di atas tissue dan menekan agak keras dengan menggunakan ibu jari. Hal ini akan meratakan sel-sel dan memencarkan jaringan sehingga memungkinkan untuk diamati di bawah mikroskop.
6.         Meneteskan di atas gelas penutup minyak amerson untuk memperjelas pengamatan.
7.         Mengamati objek tersebut dibawah mikroskop. Menggunakan pembesaran rendah (10x) dahulu, kemudian pembesaran tinggi (40x), dan pembesaran paling tinggi (100x)
8.         Menggambar fase-fase mitosis yang dapat ditemukan. Mencocokkan pada fase-fase mitosis yang ada pada preparat yang telah disediakan atau dengan bagan yang sudah ada.
























BAB III
HASIL PENGAMATAN






























BAB IV
PEMBAHASAN

Pada percobaan pembelahan sel tumbuhan di atas, yang diamati adalah pembelahan mitosis karena sampel yang digunakan adalah sel akar. sel tersebut merupakan sel somatik tumbuahan. Sehingga apabila yang di amati adalah proses pembelahan meiosis sampel yang digunakan tidaklah sesuai. Pembelahan meosis terjadi pada sel gamet. Untuk mengamati tahap-tahap pembelahan mitosis dilakukan pemotongan akar pada saat tengah malam, yaitu pukul 24.00 WIB, atau pun pagi hari dari jam 06.00 – jam 09.00 WIB. Menurut Margono (1973) hal ini dikarenakan pada ujung akar bawang merah banyak sel yang mengalami aktifitas pembelahan pada saat itu.
              Pembelahan mitosis hanya terjadi pada bagian tubuh tumbuhan yang bersifat meristem karena bagian tersebut yang aktif melakukan pembelahan membentuk sel-sel yang baru untuk tumbuh dan berkembang serta pengganti sel-sel yang rusak.
Pada hasil pengamatan diketahui bahwa terjadi beberapa tahap pada mitosis yaitu interphase, prophase, metaphase, anaphase dan telopase.
Interphase yaitu fase dimana kromosom tidak kelihatan karena benang-benang kromatin tidak berpilin. Sel dianggap istirahat dari proses pembelahan. Meskipun demikian, sebenarnya tahap interfase merupakan tahap yang aktif dan penting untuk mempersiapkan pembelahan. Pada fase ini terjadi pembentukan organel untuk pertumbuhan itu sendiri. Kemudian terjadi sintesis terutama sintesis materi genetik, yaitu bahan-bahan yang akan diwariskan pada keturunannya.Materi genetik yang disintesis adalah DNA. Persiapan berupa replikasi DNA. Pada umunya, sebagian besar waktu hidup sel berada pada tahap ini. Dan terjadi juga pembentukan organel untuk sel anakan. Selanjutnya interfase dibagi lagi menjadi fase gap-1 (sel-sel belum melakukan replikasi DNA sehingga DNA masih berjumlah 1 salinan dan diploid), fase sintesis (DNA dalam inti mengalami replikasi sehinga pada fase sintesis akhirnya menghasilkan 2 salinan DNA dan diploid)  dan fase gap-2 ( replikasi DNA telah selsesai dan sel bersipa mengadakan pembelahan).
Pada fase prophase, DNA mulai dikemas atau dipaket menjadi kromosom. Kromosom merupakan struktur terpadat dari kemasan DNA. DNA perlu dikemas ke dalam kromosom. Profase merupakan tahap yang paling lama pada mitosis. Pada profase awal, kromosom mulai tampak lebih pendek dan menebal. Selanjutnya terbentuk benang-benang spindle (benang-benang mikrotubul) yang terhubung dari kutub ke kutub. Pada profase akhir, masing-masing kromosom terlihat terdiri dari dua kromatid yang terikat pada sentromer. Selanjutnya nucleolus hilang dan membrane nucleus hancur. Pada tahap ini kromosom terletak bebas pada sitoplasma.
Pada Metaphase, merupakan tahap yang singkat dalam mitosis. Pada tahp-tahap ini, kromosom bergerak ke bidang ekuator benang spindle (bidang pembelahan). Kromatid terletak di bidang ekuator, menggantung pada benang spindel melalui sentromer. Kromosom terletak di bidang ekuator dengan tujuan agar pembagian jumlah informasi DNA yang akan diberikan kepada sel anakan yang baru benar-benar rata dan sama jumlahnya. Benang-benang spindel tampak semakin jelas dan teratur seperti kumparan. Pada tahap ini terjadi pembagian kromatid di daerah ekuator. Ciri-ciri metafase adalah:
1.        Kromatid terletak di bidang ekuator, menggantung pada benang spindel melalui sentromer.
2.        Benang-benang spindel tampak semakin jelas dan teratur seperti kumparan. Benang-benang ini terdiri dari serabut protein halus yang terbuat dari  microtubule yang sangat kecil.
3.        sentomer menbelah dan masing-masing kromatid menjadi kromosom tunggal. Metaphase berakhir.
Tahap Anafase, pada tahap ini masing-masing sentromer yang mengikat kromatid membelah bersamaan. Kromatid bergerak menuju kutub pembelahan. Kromatid dapat bergerak ke arah kutub pembelahan karena terjadinya kontraksi benang spindle. Pada saat kontraksi, benang spindle memendek kemudian menarik kromatid menjadi dua bagian ke dua kutub yang berlawanan. Tahap anaphase menghasilkan salinan kromosom berpasangan (1c, 2n). Ciri singkatnya Kromosom berada di kutub masing-masing. Akhir anaphase sekat sel mulai terbentuk dekat bidang ekuator.
Tahap Telofase, pada tahap ini kromatid telah disebut kromosom. Membrane inti mulai terbentuk dan nucleolus kembali muncul. Kromosom membentuk benang-benang kromatin. Selanjutnya, pada tahap telofase akhir terjadi pembelahan sitoplasma (sitokinesis). Singkatnya Benang-benang gelendong hilang. Benang-benang kromosom semakin menipis, berubah menjadi benang kromatin yang tipis. Nukleolus tampak lagi. Pada akhir telofase terbentuklah dua sel anak yang diploid (2n).
Pada tahap sitokinesis, terjadi pembelahan sitoplasma yang diikuti dengan pembentukan sekat sel yang baru. Sekat memisahkan dua inti tersebut menjadi dua sel anakan.
Tahap-tahap ini terjadi secara serentak pada sel-sel ujung akar bawang merah dengan tiap-tiap sel melakukan fase yang berbeda antara satu sama lain. Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA di mana informasi genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma yang berarti warna dan soma yang berarti badan Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer / kinekthor yang merupakan pusat kromosom berbentuk bulat dan lengan kromosom yang mengandung kromonema & gen berjumlah dua buah (sepasang), jumlah kromosom pada bawang merah yaitu sebanyak 16 yaitu 8 pasang.













BAB V
KESIMPULAN

            Dari pecobaan yang dilakukan dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1.             Proses reproduksi seluler meliputi proses pembelahan inti untuk membentuk inti baru (mitosis), diikuti dengan pembagian sitoplasma (sitokinesis).
2.             Dalam mitosis, semua sifat yang terkandung di dalam inti sel secara terekam lengkap pada sel baru..
3.             Fase-fase mitosis secara berurutan adalah interfase, profase awal yang kemudian diikuti dengan profase akhir, metaphase, anaphase, dan terakhir telofase.
4.             Fungsi asetokarmin yakni untuk memperjelas dalam melihat fase-fase yang terjadi pada proses mitosis. Asetokarmin untuk mewarnai DNA.
5.             Setiap fase-fase yang terjadi pada pembelahan mitosis mempunyai ciri-ciri yang berbeda-beda.
6.             Fase-fase tersebut berlangsung dalam waktu yang bersamaan, dengan fase  berbeda pada sel yang berbeda pula.















JAWABAN PERTANYAAN

1.      Apakah kegunaan dari larutan 1M HCl dalam praktikum ini?
Jawaban:
Untuk melunakkan akar bawang merah.

2.      Apakah kegunaan asetokarmin?
Jawaban:
Sebagai pewarna, karena asetokarmin berwarna merah terang. Sehingga mempermudah mengamati proses mitosis yang terjadi.

3.      Mengapa digunakan akar bawang merah dalam parktikum ini?
Jawaban:
Karena pada akar bawang merah proses pembelahan mitosis bisa diamati secara jelas. Selain itu akar bawang merah merupakan jaringan meristem yang sedang tumbuh dengan pesat, sehingga pembelahannya bisa diamati, karena mitosis terjadi secara aktif pada jaringan ini.

4.      Bahas secara rinci setiap fase mitosis!
Jawaban:
  1. Interfase
Selama proses interfase kromosom tidak kelihatan karena benang-benang kromatin tidak berpilin. Pada fase ini terjadi pembentukan organel untuk pertumbuhan itu sendiri. Kemudian terjadi sintesis terutama sintesis materi genetik, yaitu bahan-bahan yang akan diwariskan pada keturunannya. Materi genetik yang disintesis adalah DNA. Dan terjadi juga pembentukan organel untuk sel anakan.
  1. Profase
Benang-benang kromatin semakin menebal dan memendek, menjadi kromosom. Terdapat sister kromatid. Nukleolus (anak inti) melebur. Benang gelendong mulai terbentuk.

  1. Metafase
Kromatid terletak di bidang ekuator, menggantung pada benang spindel melalui sentromer. Benang-benang spindel tampak semakin jelas dan teratur seperti kumparan.
  1. Anafase
Kromosom berada di kutub masing-masing. Akhir anaphase sekat sel mulai terbentuk dekat bidang ekuator.
  1. Telofase
Benang-benang gelendong hilang. Benang-benang kromosom semakin menipis, berubah menjadi benang kromatin yang tipis. Nukleolus tampak lagi. Pada akhir telofase terbentuklah dua sel anak yang diploid (2n).





















DAFTAR PUSTAKA


Aryulina, Diah, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf, dan Endang Widi Winarni. 2007. BIologi 3 SMA dan MA untuk kelas XII. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Margono, Hadi. 1973. Pengaruh Colchicine terhadap pertumbuhan Memanjang Akar Bawang Merah (Alium cepa). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: IKIP
Setjo, Susetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuihan. Malang: JICA.

Suryati, Dotti. 2012. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas Bengkulu.

Suryo. 2001. Genetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Zulham.2009. Histotenik dasar. (http://www.slideshare.net/zyzyan/histoteknik-dasar). Diakses tanggal 11 Mei 2013.