LAORAN
PRAKTIKUM GENETIKA
ACARA
II
HUKUM
MENDEL I
NAMA : GILANG SETIAWAN
NPM : E1J012031
SHIFT : I KAMIS (12.00-14.00)
KELOMPOK : II (DUA)
LABORATORIUM
AGRONOMI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
TAHUN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Dasar
Teori
Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada
saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum).
Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohybrid selalu berlaku hukum
Mendel I. (Prawirohartono, 2003).
Hukum Mandel I berlaku pada gametogenesis F1.
F1 itu memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun
benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1
x F1) terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim, 1996:76).
Beberapa hal penting tentang perkawinan monoibrid:
1.
Semua indifidu F1 adalah seragam.
2.
Jika dominansi tampak sepenuhnya, maka
indifidu F1 memiliki fenotip seperti induknya yang dominant.
3.
Pada waktu F1 yang heterozygote membentuk
gamet-gamet, terjadilah pemisahan alel, sehingga gamet hanya mempunyai salah
satu alel saja.
4.
Jika dominasi nampak sepenuhnya, maka
perkawinan monohybrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan 3:1 (L. V. Crowder, 1997:33.
Bukti-bukti perihal keturunan yang ditemukan Mendel
yaitu mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat "unit
dasar" yang kini disebut gen yang secara khusus diturunkan oleh orang tua
kepada anak-anaknya. Gen terdapat di dalam lokus tertentu pada kromosom,
sedangkan kromosom terdapat di dalam nukleus (Inti sel). Kromosom berpasangan
disebut kromosom homolog, dan pasangan gen yang homolog tersebut dikenal dengan
alel (Darsyah, 1990).
1.2
Tujuan
1.
Mencari angka-angka perbandingan sesuai
dengan Hukum Mendel.
2.
Menemukan nisbah teoritis sama atau mendekati
nisbah pengamatan.
3.
Memahami pengertian dominan, resesif,
genotif, fenotif.
BAB II
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM
2.1 Bahan
dan Alat
Bahan dan alat adalah
sebagai berikut :
1.
Model gen (kancing genetik) 2 warna.
2.
Dua buah stoples.
2.2 Metode
Cara kerja yang
dilaksanakan adalah sebagi berikut :
1.
Mengambil model gen merah dan putih,
masing-masing 30 pasang atau 60 biji (30 jantan dan 30 betina).
2.
Menyisisihkan 1 pasang model gen merah
dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini dimisalkan individu merah dan
individu putih.
3.
Membuka pasangan gen diatas (langkah 2),
ini memisalkan pemisahan gen pada pembentukan gamet, baik oleh individu merah
dan individu putih.
4.
Menggabungkan model gen jantan merah dan
model gen betina putih dan sebaliknya. Ini menggambarkan hasil silangan atau F1,
keturunan individu merah dan individu putih.
5.
Memisahkan kembali model gen merah dan
model gen putih. Hal ini menggambarkan pemisahan gen pada pembentukan gamet F1.
6.
Selanjutnya memasukkan semua model gen
jantan baik merah maupun putih ke dalam stoples jantan dan model gen betina
baik merah maupun putih ke dalam stoples betina.
7.
Dengan tanpa melihat dan sambil
mengaduk/mencampur gen-gen tersebut ambillah secara acak dari masing-masing
stoples, kemudian memasangkan.
8.
Melakukan secara terus menerus
pengambilan model gen sampai habis dan mencatat setiap pasang gen yang terambil
ke dalam label pencatatan.
9.
Bisa juga dengan mengembalikan model gen
yang terambil (langkah 8) ke dalam stoples masing-masing untuk selanjutnya
mendapat kesempatan terambil kembali. Melakukan percobaan serupa untuk pengambilan 20x, 40x, dan 60x.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Tabel 1. Pencatatan untuk
pengambilan 20x
No
|
Pasangan
|
Tabulasi ijiran
|
Jumlah
|
1
|
Merah-merah
|
![]() |
5
|
2
|
Putih-putih
|
![]() ![]() |
12
|
3
|
Putih-ptih
|
III
|
3
|
3.2 Tabel
2. Pencatatan untuk pengambilan 40x
No
|
Pasangan
|
Tabulasi ijiran
|
Jumlah
|
1
|
Merah-merah
|
![]() ![]() |
10
|
2
|
Putih-putih
|
![]() ![]() ![]() ![]() |
22
|
3
|
Putih-ptih
|
![]() |
8
|
3.3 Tabel
3. Pencatatan untuk pengambilan 60x
No
|
Pasangan
|
Tabulasi ijiran
|
Jumlah
|
1
|
Merah-merah
|
![]() ![]() ![]() |
17
|
2
|
Putih-putih
|
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
28
|
3
|
Putih-ptih
|
![]() ![]() ![]() |
15
|
Catatan : bagi yang mendapatkan angka
perbandingan jauh dari 1 : 2 : 1 (pada tabel ijiran), misalnya yntuk 20x ; 8 :
9 : 3 atau 5 : 7 : 9 dan seterusnya harus melakukan pengulangan pengamatan.
3.4
Tabel
4 Perbandingan/nisbah fenotip pengamatan/observasi (O) dan nisbah
harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 20x
Fenotipe
|
Observasi (O)
|
Harapan (E)
|
Deviasi (O-E)
|
Merah
|
17
|
15
|
2
|
Putih
|
3
|
5
|
-2
|
Total
|
20
|
20
|
0
|
3.5
Tabel
5 Perbandingan/nisbah fenotip pengamatan/observasi (O) dan nisbah
harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 40x
Fenotipe
|
Observasi (O)
|
Harapan (E)
|
Deviasi (O-E)
|
Merah
|
32
|
30
|
2
|
Putih
|
8
|
10
|
-2
|
Total
|
40
|
40
|
0
|
3.6
Tabel
6 Perbandingan/nisbah fenotip pengamatan/observasi (O) dan nisbah
harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 60x
Fenotipe
|
Observasi (O)
|
Harapan (E)
|
Deviasi (O-E)
|
Merah
|
45
|
45
|
0
|
Putih
|
15
|
15
|
0
|
Total
|
60
|
60
|
0
|
Catatan
: bila ankan deviasai lebih dari 2 (>2) maka percobaan diulang kembali.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pengamatan yang dilakukan dalam praktikum dengan menggunakan
masing-masing 60 buah kancing berwarna berbeda (merah dan putih) sebagai model
gen, dibuat perumpamaan fenotif Merah dominan sempurna terhadap fenotif Putih
dengan cara sebagai berikut :
Parental (P) : Mm
>< Mm
Merah >< Putih
Gamet
`:
Mm Mm
F1
:
Mm
(Merah Putih)
M
|
M
|
|
M
|
MM
(Merah)
|
Mm
(Merah Putih)
|
M
|
Mm
(Merah Putih)
|
Mm
(Putih)
|
Keterangan :
Perbandingan genotip : Merah (MM) : Merah-putih (Mm) :
putih (mm) = 1:2:1
Perbandingan fenotip : Merah (MM dan Mm) : putih (mm)
= 3 : 1
Dalam
percobaan ini dilakukan pengambilan yang berbeda-beda yaitu : 20x, 40x dan 60x.
Dengan didasarkan perbandingan diatas, diperoleh hasil sebagai berikut :
1.
Pengambilan 20x
a. Perbandingan genotip
Berdarkan
hasil pencatan diperoleh hasil perbandingan yaitu : merah : merah-putih : merah
( 5 : 12 : 3 ) ini dapat dikatakan bahwa perbandingan tersebut mendekati 1 : 2
: 1. Percobaan pembuktian ini benar.
b. Perbandingan fenotip
Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh hasil yaitu : merah : putih (17 : 3) dari 20x pengambilan. Sedangkan
hasil yanh diharapkan yaitu: merah : putih (15 : 5). Setalah dihitung
deviasinya (O-E) hasilnya adalah 0. Jadi, percobaan ini benar.
2.
Pengambilan 40x
a. Perbandingan genotip
Berdarkan
hasil pencatan diperoleh hasil perbandingan yaitu : merah : merah-putih : merah
( 10 : 22 : 8 ) ini dapat dikatakan bahwa perbandingan tersebut mendekati 1 : 2
: 1. Percobaan pembuktian ini benar.
b. Perbandingan fenotip
Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh hasil yaitu : merah : putih (32 : 8) dari 40x pengambilan. Sedangkan
hasil yanh diharapkan yaitu: merah : putih (30 : 10). Setalah dihitung
deviasinya (O-E) hasilnya adalah 0. Jadi, percobaan ini dikatakan benar.
3.
Pengambilan 60x
a. Perbandingan genotip
Berdarkan
hasil pencatan diperoleh hasil perbandingan yaitu : merah : merah-putih : merah
( 17 : 28 : 15 ) ini dapat dikatakan bahwa perbandingan tersebut mendekati 1 :
2 : 1. Percobaan pembuktian ini benar.
b. Perbandingan fenotip
Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh hasil yaitu : merah : putih (45 : 5) dari 60x pengambilan. Sedangkan
hasil yanh diharapkan yaitu: merah : putih (45 : 5). Setalah dihitung
deviasinya (O-E) hasilnya adalah 0. Jadi, percobaan ini dikatakan benar.
Persilangan monohibrid memiliki ciri-ciri antara lain
adalah semua individu F1 seragam atau sama, lalu pada waktu individu F1 yang
heterozigot membentuk gamet, terjadi pemisahan alel sehingga gamet memiliki
salah satu alel saja, kemudian jika dominasi tampak sepenuhnya, maka individu
F1 memiliki fenotif seperti induk yang dominan, dan ketika gen dominan
intermedier (tidak penuh), maka fenotif individu F1 tidak seperti salah satu
fenotif galur murni, melainkan mempunyai sifat fenotif diantara kedua
induknya. Selain itu dalam perumpamaan, ketika dominasi nampak sepenuhnya
maka perkawinan monohibrid (Mm >< Mm) menghasilkan keturunan yang
menghasilkan perbandingan fenotif 3 : 1 (¾ Merah : ¼ Putih), tetapi
menghasilkan perbandingan genotif 1 : 2 : 1 (¼ MM
: 2/4 Mm : ¼ mm)
Dengan perumpamaan jika fenotif Merah (M) dominan
sempurna terhadap fenotif Putih (m), maka jumlah perbandingan fenotif Merah (M)
dengan fenotif Putih (m) adalah 18 : 7. Kemudian pada
perumpamaan jika sifat gen dominan intermediet, maka sifat dominan yang paling
sering muncul adalah fenotif Merah-Putih (Mm) dengan jumlah fenotif 19.
Hal tersebut karena kondisi sifat dominan fenotif Merah (M) menutupi sifat
resesif fenotif Putih (m) .
BAB V
KESIMPULAN
Dari
percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Deviasi menyatakan besarnya
penyimpangan hasil pengamatan terhadap besarnya harapan. Deviasi mendekati
angka 1 maka data yang diharap makin bagus, dan pernyataan fenotif tentang
karakter yang diselidiki mendekati sempurna. Pada pengambilan 60x devisinya 0.
2.
Dari tiga
kali percobaan yaitu pengambilan 20x, 40x, dan 60x diperoleh hasil yang sesuai
dengan teori baik perbandingan fenotip
maupun genotip.
3.
Gen merah bersifat dominant
terhadap gen putih, sehingga gen putih tertutupi oleh gen merah karena gen
putih bersifat resesif.
4.
Pada F1 menghasilkan
semuanya (100%) merah. Sedangkan pada F2, persilangan antara F1xF1
maka diperoleh tiga macam fenotipe yaitu merah-merah, merah-putih, dan
putih-putih. Dengan genotif untuk merah (MM), merah-putih (Mm), dan putih-putih
(mm). dengan perdandingan fenotif 1:2:1.
5.
Perbandingan fenotipe untuk
persilangan monohibrid pada F2 adalah 3:1. Karena gen merah
dominant.
JAWABAN
PERTANYAAN
1.
Berapa macam pasangan genotif yang anda
peroleh?
Jawaban:
Ada tiga macam, yaitu merah-merah
(MM), merah-putih (Mm), dan putih-putih (mm)
2.
Berapa perbandingannya?
Jawaban:
1 : 2 : 1
Yaitu 1
MM : 2 Mm : 1 mm
3.
Jika model gen merah dominan, berapa
perbandingan fenotif yang anda peroleh?
Jawaban:
3 dominan (MM atau Mm) : 1 resesif (mm) atau
3 merah : 1 putih
4.
Apa yang dapat Anda simpulkan dari
percobaan Model ini?
Jawaban:
Percobaan ini menghasilkan genotif yaitu merah-merah,
merah-putih dan putih-putih. Dan perbandingan fenotifnya yaitu MM, Mm, mm
(1:2:1) untuk F2. sedangkan pada F1 menghasilkan semuanya
(100%) merah. Dapat disimpulkan bahwa gen merah dominant, dan gen putih
resesif. Perbandingan fenotipe untuk persilangan monohibrid pada F2
adalah 3:1. Karena gen merah dominant.
DAFTAR PUSTAKA
Crowder,
L. V. 1997. Genetika Tumbuhan.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Darsyah, M. ,
1990. Genetika. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Prawirohartono, S. ,
2003. Biologi. Bumi Aksara, Jakarta.
Yatim,
Wildan. 1996. Genetika. Bandung:
TARSITO.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar