Sabtu, 04 Januari 2014

HUKUM MENDEL I


LAORAN PRAKTIKUM GENETIKA
ACARA II
HUKUM MENDEL I





                    NAMA             : GILANG SETIAWAN
                    NPM                : E1J012031
                    SHIFT              : I KAMIS (12.00-14.00)
                    KELOMPOK  : II (DUA)


LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2013


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Dasar Teori
Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I.  (Prawirohartono, 2003).
Hukum Mandel I berlaku pada gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim, 1996:76).
Beberapa hal penting tentang perkawinan monoibrid:
1.         Semua indifidu F1 adalah seragam.
2.         Jika dominansi tampak sepenuhnya, maka indifidu F1 memiliki fenotip seperti induknya yang dominant.
3.         Pada waktu F1 yang heterozygote membentuk gamet-gamet, terjadilah pemisahan alel, sehingga gamet hanya mempunyai salah satu alel saja.
4.         Jika dominasi nampak sepenuhnya, maka perkawinan monohybrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan 3:1 (L. V. Crowder, 1997:33.
Bukti-bukti perihal keturunan yang ditemukan Mendel yaitu mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat "unit dasar" yang kini disebut gen yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Gen terdapat di dalam lokus tertentu pada kromosom, sedangkan kromosom terdapat di dalam nukleus (Inti sel). Kromosom berpasangan disebut kromosom homolog, dan pasangan gen yang homolog tersebut dikenal dengan alel (Darsyah, 1990).
1.2              Tujuan
1.         Mencari angka-angka perbandingan sesuai dengan Hukum Mendel.
2.         Menemukan nisbah teoritis sama atau mendekati nisbah pengamatan.
3.         Memahami pengertian dominan, resesif, genotif, fenotif.
BAB II
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM

2.1       Bahan dan Alat
                        Bahan dan alat adalah sebagai berikut :
1.         Model gen (kancing genetik) 2 warna.
2.         Dua buah stoples.
2.2       Metode
                        Cara kerja yang dilaksanakan adalah sebagi berikut :
1.         Mengambil model gen merah dan putih, masing-masing 30 pasang atau 60 biji (30 jantan dan 30 betina).
2.         Menyisisihkan 1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini dimisalkan individu merah dan individu putih.
3.         Membuka pasangan gen diatas (langkah 2), ini memisalkan pemisahan gen pada pembentukan gamet, baik oleh individu merah dan individu putih.
4.         Menggabungkan model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini menggambarkan hasil silangan atau F1, keturunan individu merah dan individu putih.
5.         Memisahkan kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini menggambarkan pemisahan gen pada pembentukan gamet F1.
6.         Selanjutnya memasukkan semua model gen jantan baik merah maupun putih ke dalam stoples jantan dan model gen betina baik merah maupun putih ke dalam stoples betina.
7.         Dengan tanpa melihat dan sambil mengaduk/mencampur gen-gen tersebut ambillah secara acak dari masing-masing stoples, kemudian memasangkan.
8.         Melakukan secara terus menerus pengambilan model gen sampai habis dan mencatat setiap pasang gen yang terambil ke dalam label pencatatan.
9.         Bisa juga dengan mengembalikan model gen yang terambil (langkah 8) ke dalam stoples masing-masing untuk selanjutnya mendapat kesempatan terambil kembali. Melakukan percobaan serupa untuk  pengambilan 20x, 40x, dan 60x.




























BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1          Tabel 1. Pencatatan untuk pengambilan 20x
No
Pasangan
Tabulasi ijiran
Jumlah
1
Merah-merah
IIII
5
2
Putih-putih
IIII IIII II
12
3
Putih-ptih
III
3

3.2       Tabel 2. Pencatatan untuk pengambilan 40x
No
Pasangan
Tabulasi ijiran
Jumlah
1
Merah-merah
IIII IIII
10
2
Putih-putih
IIII IIII IIII IIII II
22
3
Putih-ptih
IIII III
8

3.3       Tabel 3. Pencatatan untuk pengambilan 60x
No
Pasangan
Tabulasi ijiran
Jumlah
1
Merah-merah
IIII IIII IIII II
17
2
Putih-putih
IIII IIII IIII IIII IIII III
28
3
Putih-ptih
IIII IIII IIII
15
Catatan : bagi yang mendapatkan angka perbandingan jauh dari 1 : 2 : 1 (pada tabel ijiran), misalnya yntuk 20x ; 8 : 9 : 3 atau 5 : 7 : 9 dan seterusnya harus melakukan pengulangan pengamatan.






3.4              Tabel 4 Perbandingan/nisbah fenotip pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 20x
Fenotipe
Observasi (O)
Harapan (E)
Deviasi (O-E)
Merah
17
15
2
Putih
3
5
-2
Total
20
20
0

3.5              Tabel 5 Perbandingan/nisbah fenotip pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 40x
Fenotipe
Observasi (O)
Harapan (E)
Deviasi (O-E)
Merah
32
30
2
Putih
8
10
-2
Total
40
40
0

3.6              Tabel 6 Perbandingan/nisbah fenotip pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 60x
Fenotipe
Observasi (O)
Harapan (E)
Deviasi (O-E)
Merah
45
45
0
Putih
15
15
0
Total
60
60
0
Catatan : bila ankan deviasai lebih dari 2 (>2) maka percobaan diulang kembali.











BAB IV
PEMBAHASAN

     Pada pengamatan yang dilakukan dalam praktikum dengan menggunakan masing-masing 60 buah kancing berwarna berbeda (merah dan putih) sebagai model gen, dibuat perumpamaan fenotif Merah dominan sempurna terhadap fenotif Putih dengan cara sebagai berikut :
Parental (P) :  Mm     ><    Mm
                       Merah  ><   Putih
Gamet        `:      Mm          Mm
F1                :              Mm
                           (Merah Putih)
M
M
M
MM
(Merah)
Mm
(Merah Putih)
 M
Mm
(Merah Putih)
Mm
(Putih)
Keterangan       :
Perbandingan genotip : Merah (MM) : Merah-putih (Mm) : putih (mm) = 1:2:1
Perbandingan fenotip : Merah (MM dan Mm) : putih (mm) = 3 : 1
              Dalam percobaan ini dilakukan pengambilan yang berbeda-beda yaitu : 20x, 40x dan 60x. Dengan didasarkan perbandingan diatas, diperoleh hasil sebagai berikut :
1.             Pengambilan 20x
a.       Perbandingan genotip
        Berdarkan hasil pencatan diperoleh hasil perbandingan yaitu : merah : merah-putih : merah ( 5 : 12 : 3 ) ini dapat dikatakan bahwa perbandingan tersebut mendekati 1 : 2 : 1. Percobaan pembuktian ini benar.
b.      Perbandingan fenotip
        Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil yaitu : merah : putih (17 : 3) dari 20x pengambilan. Sedangkan hasil yanh diharapkan yaitu: merah : putih (15 : 5). Setalah dihitung deviasinya (O-E) hasilnya adalah 0. Jadi, percobaan ini benar.
2.             Pengambilan 40x
a.    Perbandingan genotip
        Berdarkan hasil pencatan diperoleh hasil perbandingan yaitu : merah : merah-putih : merah ( 10 : 22 : 8 ) ini dapat dikatakan bahwa perbandingan tersebut mendekati 1 : 2 : 1. Percobaan pembuktian ini benar.
b.    Perbandingan fenotip
        Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil yaitu : merah : putih (32 : 8) dari 40x pengambilan. Sedangkan hasil yanh diharapkan yaitu: merah : putih (30 : 10). Setalah dihitung deviasinya (O-E) hasilnya adalah 0. Jadi, percobaan ini dikatakan benar.
3.             Pengambilan 60x
a.       Perbandingan genotip
        Berdarkan hasil pencatan diperoleh hasil perbandingan yaitu : merah : merah-putih : merah ( 17 : 28 : 15 ) ini dapat dikatakan bahwa perbandingan tersebut mendekati 1 : 2 : 1. Percobaan pembuktian ini benar.
b.      Perbandingan fenotip
        Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil yaitu : merah : putih (45 : 5) dari 60x pengambilan. Sedangkan hasil yanh diharapkan yaitu: merah : putih (45 : 5). Setalah dihitung deviasinya (O-E) hasilnya adalah 0. Jadi, percobaan ini dikatakan benar.
Persilangan monohibrid memiliki ciri-ciri antara lain adalah semua individu F1 seragam atau sama, lalu pada waktu individu F1 yang heterozigot membentuk gamet, terjadi pemisahan alel sehingga gamet memiliki salah satu alel saja, kemudian jika dominasi tampak sepenuhnya, maka individu F1 memiliki fenotif seperti induk yang dominan, dan ketika gen dominan intermedier (tidak penuh), maka fenotif individu F1 tidak seperti salah satu fenotif galur murni, melainkan mempunyai sifat fenotif diantara kedua induknya.  Selain itu dalam perumpamaan, ketika dominasi nampak sepenuhnya maka perkawinan monohibrid (Mm >< Mm) menghasilkan keturunan yang menghasilkan perbandingan fenotif 3 : 1 (¾ Merah : ¼ Putih), tetapi menghasilkan perbandingan genotif 1  :  2  :  1 (¼ MM  :  2/4 Mm  :  ¼ mm)   
Dengan perumpamaan jika fenotif Merah (M) dominan sempurna terhadap fenotif Putih (m), maka jumlah perbandingan fenotif Merah (M) dengan fenotif Putih (m) adalah 18  :  7.  Kemudian pada perumpamaan jika sifat gen dominan intermediet, maka sifat dominan yang paling sering muncul adalah fenotif Merah-Putih (Mm) dengan jumlah fenotif 19.  Hal tersebut karena kondisi sifat dominan fenotif Merah (M) menutupi sifat resesif fenotif Putih (m) .























BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.             Deviasi menyatakan besarnya penyimpangan hasil pengamatan terhadap besarnya harapan. Deviasi mendekati angka 1 maka data yang diharap makin bagus, dan pernyataan fenotif tentang karakter yang diselidiki mendekati sempurna. Pada pengambilan 60x devisinya 0.
2.             Dari tiga kali percobaan yaitu pengambilan 20x, 40x, dan 60x diperoleh hasil yang sesuai dengan  teori baik perbandingan fenotip maupun genotip.
3.             Gen merah bersifat dominant terhadap gen putih, sehingga gen putih tertutupi oleh gen merah karena gen putih bersifat resesif.
4.             Pada F1 menghasilkan semuanya (100%) merah. Sedangkan pada F2, persilangan antara F1xF1 maka diperoleh tiga macam fenotipe yaitu merah-merah, merah-putih, dan putih-putih. Dengan genotif untuk merah (MM), merah-putih (Mm), dan putih-putih (mm). dengan perdandingan fenotif 1:2:1.
5.             Perbandingan fenotipe untuk persilangan monohibrid pada F2 adalah 3:1. Karena gen merah dominant.













JAWABAN PERTANYAAN

1.             Berapa macam pasangan genotif yang anda peroleh?
          Jawaban:
          Ada tiga macam, yaitu merah-merah (MM), merah-putih (Mm), dan putih-putih (mm)
2.             Berapa perbandingannya?
          Jawaban:
          1 : 2 : 1
          Yaitu       1 MM : 2  Mm : 1 mm
3.             Jika model gen merah dominan, berapa perbandingan fenotif yang anda peroleh?
          Jawaban:
          3 dominan (MM atau Mm) : 1 resesif (mm)          atau
          3 merah : 1 putih

4.             Apa yang dapat Anda simpulkan dari percobaan Model ini?
          Jawaban:
          Percobaan ini menghasilkan genotif yaitu merah-merah, merah-putih dan putih-putih. Dan perbandingan fenotifnya yaitu MM, Mm, mm (1:2:1) untuk F2. sedangkan pada F1 menghasilkan semuanya (100%) merah. Dapat disimpulkan bahwa gen merah dominant, dan gen putih resesif. Perbandingan fenotipe untuk persilangan monohibrid pada F2 adalah 3:1. Karena gen merah dominant.








DAFTAR PUSTAKA


Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Darsyah, M.  , 1990.  Genetika.  Gramedia Pustaka, Jakarta.
Prawirohartono, S.  , 2003.  Biologi.  Bumi Aksara, Jakarta.
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung: TARSITO.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar